Kamis, 21 Januari 2010

ASKEP SINDROMA NEFROTIK

A. PENGERTIAN
Merupakan suatu kondisi dimana terjadi perubahan fungsi ginjal yang bercirikn hipoproteinemia, oedema, hiperlipidemia, proteinuri, ascites dan penurunan keluaran urine.

B. TANDA DAN GEJALA
Sebagai sebuah sindroma (kumpulan gejala), tanda / gejala penyakit sindroma nefrotik meliputi :
- Proteinuria
- Hipoalbuminemia
- Hiperkolesterolemia/hiperlipidemia
- Oedema
Beberapa gejala yang mungkin muncul antara lain hematuria, azotemia dan hipertensi ringan. Proteinuria (85-95%) terjadi sejumlah 10 –15 gram/hari (dalam pemeriksaan Esbach) . Selama terjadi oedema biasanya BJ Urine meningkat. Mungkin juga terjadi penurunan faktor IX, Laju endap darah meningkat dan rendahnya kadar kalsium serta hiperglikemia.

C. ETIOLOGI
Penyebab umum penyakit tidak diketahui; akhir-akhir ini sering dianggap sebagi suatu bentuk penyakit autoimun. Jadi merupakan reaksi antigen-antibodi. Umumnya dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Sindroma nefrotik bawaan
2. Sindroma nefrotik sekunder
3. Sindroma nefrotik idiopati
4. Glumerulosklerosis fokal segmental

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit nefrotik sindoma biasanya menyerang pada anak-anak pra sekolah. Hingga saat sebab pasti penyakit tidak ditemukan, tetapi berdasarkan klinis dan onset gejala yang muncul dapat terbagi menjadi sindroma nefrotik bawaan yang biasanya jarang terjadi; Bentuk idiopati yang tidak jelas penyebabnya maupun sekunder dari penyakit lainnya yang dapat ditentukan faktor predisposisinya; seperti pada penyakit malaria kuartana, Lupus Eritematous Diseminata, Purpura Anafilaktoid, Grumeluronefritis (akut/kronis) atau sebagai reaksi terhadap hipersensitifitas (terhadap obat)
Nefrotik sindroma idiopatik yang sering juga disebut Minimal Change Nefrotic Syndrome (MCNS) merupakan bentuk penyakit yang paling umum (90%).
Patogenesis penyakit ini tidak diketahui, tetapi adanya perubahan pada membran glumerolus menyebabkan peningkatan permeabilitas, yang memungkinkan protein (terutama albumin) keluar melalui urine (albuminuria). Perpindahan protein keluar sistem vaskular menyebabkan cairan plasma pindh ke ruang interstitisel, yang menghasilkan oedema dan hipovolemia. Penurunan volume vaskuler menstimulasi sistem renin angiotensin, yang memungkinkan sekresi aldosteron dan hormon antidiuretik (ADH). Aldosteron merangsang peninkatan reabsorbsi tubulus distal terhadap Natrium dan Air, yang menyebabkan bertambahnya oedema. Hiperlipidemia dapat terjadi karena lipoprotein memiliki molekul yang lebih berat dibandingkan albumin sehingga tidak akan hilang dalam urine.

E. PENATALAKSANAAN
Istirahat sampai oedema tinggal sedikit
Makanan tinggi protein 3-4g/kgBB/hari, makanan rendah garam
Mencegah infeksi
Pemberian diuretikum

F. RENCANA KEPERAWATAN
1. Ketidakseimbangan Volume Cairan : Penurunan (intravaskular) dan Berlebih (ekstravaskular) berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan premeabilitas glumerolus.

Tujuan :
Terjadi pemenuhan kebutuhan cairan intravaskular dan ekstravaskular yang adekuat yang ditandai dengan :
- Penurunan oedema, ascites.
- Kadar protein darah meningkat/cukup
- Berat badan kembali dalam batas normal
- Output urine adekuat (450 – 900 cc/hr)
- Tekanan darah dalam batas normal (D < 54 S > 90)
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output secara akurat

2. Kaji dan catat TD, Pembesaran abdomen, BJ Urine, nilai laboratorik setiap 4 jam.

3. Timbang BB tiap hari dalam skala yang sama

4. Pegang daerah oedema secara hati-hati, laki-laki mungkin perlu menggunakan penyangga scrotum
5. Berikan steroid (prednison) sesuai jadwal. Kaji efektifitas dan efek samping (retensi Natrium, Kehilangan Potasium)

6. Sesuai indikasi, berikan diuretik dan antasid (untuk mencegah perdarahan GI akibat terapi steroid) 1. Evaluasi harian keberhasilan terapi dan dasar penentuan tindakan
2. TD dan BJ Urine dapat menjadi indikator regimen terapi


3. Estimasi penurunan oedema tubuh


4. Mengurangi cidera yang mungkin timbul, mengurangi oedema

5. Peningkatan ekses cairan tubuh




6. Pengurangan cairan ekstravaskuler sangat diperlukan dalam mengurangi oedema

2. Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan nafsu makan.

Tujuan : Kebutuhan Nutrisi tubuh terpenuhi
Kriteria :
- Kembalinya nafsu makan
- Tidak terjadi hipoproteinemia
- Absorbsi kalori dalam jumlah adekuat
Intervensi Rasional
1. Catat intake dan output makanan secara akurat

2. Kaji adanya tanda-tanda perubahan nutrisi : Anoreksi, Letargi, hipoproteinemia, diare


3. Pastikan anak mendapatkan makanan dengan diet yang cukup. Program anak untuk mempertahankan tingkat energi tubuh 1. Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh

2. Gangguan nutrisi dapat terjadi secara berlahan. Diare sebagai reaksi oedema intestine dapat memperburuk status nutrisi

3. Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk



DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 6; EGC. Jakarta.

Doengoes, Marylin E. (1989) Nursing Care Plans. F.A Davis Company. Philadelphia. USA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar