Kamis, 21 Januari 2010

ASKEP JIWA DENGAN KRISIS

A. DEFINISI
Krisis adalah gangguan internal yang diakibatkan oleh suatu keadaan yang dapat
menimbulkan stress, dan dirasakan sebagai ancaman bagi individu.
Krisis terjadi jika seseorang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan hidup
yang penting, dan tidak dapat diatasi dengan penggunaan metode pemecahan masalah
(koping) yang biasa digunakan.

Krisis terjadi melalui empat fase :
Fase I : Ansietas meningkat sehingga muncul stimulus individu untuk
menggunakan koping yang biasa dipakai.
Fase II : Ansietas lebih meningkat karena koping yang digunakan gagal.
Fase III : Individu berusaha mencari koping baru, memerlukan bantuan orang lain.
Fase IV : Terjadi ansietas berat / panik yang menunjukkan adanya disorganisasi psikologis.


Faktor Pencetus Terjadinya Krisis :
1. Kehilangan : - Kehilangan orang yang penting
- Perceraian
- Pekerjaan

2. Transisi : - Pindah rumah
- Lulus sekolah
- Perkawinan
- Melahirkan

3. Tantangan : - Promosi
- Perubahan karir

Kualitas dan Maturitas Ego dinilai berdasarkan ( G. Caplan 1961) :
1. Kemampuan seseorang untuk menahan stress dan ansietas serta mempertahankan keseimbangan.
2. Kemampuan mengenal kenyataan yang dihadapi serta memecahkan problem.
3. Kemampuan untuk mengatasi problem serta mempertahankan keseimbangan social.

B. FAKTOR PENGIMBANG ( Balancing Factory )
Dalam penyelesaian suatu krisis harus dipertimbangkan beberapa faktor pengimbang yaitu :
1) Persepsi individu terhadap kejadian
a) Arti kejadian tersebut pada individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan individu
c) Pandangan realistic & tidak realistic terhadap kejadian
2) Situasi yang mendorong / dukungan situasi
- Ada orang / lembaga yang dapat mendorong individu
3) Mekanisme koping yang dimiliki oleh individu
- Sikap yang biasa dilakukan individu dalam menangani masalahnya.

C. TIPE – TIPE KRISIS
1. Krisis Maturasi
Perkembangan kepribadian merupakan suatu rentang yang setiap saat tahap
mempunyai tugas dan masalah yang harus diselesaikan untuk menuju kematangan pribadi individu. Keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan masalahnya tiap tahap dipengaruhi kemampuan individu mengatasi stress yang terjadi dalam kehidupannya.
Krisis maturasi terjadi dalam satu periode transisi masa perkembangan yang dapat mengganggu keseimbangan psikologis, seperti pada masa pubertas, masa perkawinan, menjadi orang tua, menopause, dan usia lanjut. Krisis maturasi memerlukan perubahan peran yang dipengaruhi oleh peran yang memadai, sumber – sumber interpersonal, dan tingkat penerimaan orang lain terhadap peran baru.

2. Krisis Situasi
Krisis situasi terjadi apabila keseimbangan psikologis terganggu akibat dari suatu
kejadian yang spesifik, seperti : kehilangan pekerjaan, kehamilan yang tidak diinginkan atau kehamilan diluar nikah, penyakit akut, kehilangan orang yang dicintai, kegagalan disekolah.

3. Krisis Malapetaka ( Krisis Sosial )
Krisis ini disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak diharapkan serta
menyebabkan kehilangan ganda dan sejumlah perubahan di lingkungan seperti : gunung meletus, kebakaran dan banjir. Krisis ini tidak dialami oleh setiap orang seperti halnya pada krisis maturasi.


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KRISIS

A. PENGKAJIAN
1. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang tercantum oleh kejadian dan gejala yang timbul.
a) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena kematian maupun karena perpisahan.
b) Kehilangan biopsikososial seperti : kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran social, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya.
c) Kehilangan milik pribadi misalnya : kehilangan harta benda, kehilangan kewarganegaran, rumah kena gusur.
d) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup.
e) Ancaman – ancaman lain yang dapat diidentifikasi termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan.

2. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian
Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis, termasuk pokok – pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.
a) Apa arti makna kejadian terhadap individu
b) Pengaruh kejadian terhadap masa depan
c) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis
d) Dengan siapa tinggal, apakah tinggal sendiri, dengan keluarga, dengan teman.
e) Apakah punya teman tempat mengeluh
f) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga
g) Apakah ada orang atau lembaga yang dapat memberikan bantuan
h) Apakah mempunyai keterampilan menggantikan fungsi orang yang hilang
i) Perasaan diasingkan oleh lingkungan
j) Kadang – kadang menunjukkan gejala somatic


Data yang dikumpulkan berkaitan dengan koping individu tak efektif, sbb :
1. Mengungkapkan tentang kesulitan dengan stress kehidupan.
2. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, putus asa.
3. Perasaan diasingkan oleh lingkungan.
4. Mengungkapkan ketidakmampuan mengatasi masalah atau meminta bantuan.
5. Mengungkapkan ketidakpastian terhadap pilihan – pilihan.
6. Mengungkapkan kurangnya dukungan dari orang yang berarti.
7. Ketidakmampuan memenuhi peran yang diharapkan.
8. Perasaan khawatir, ansietas.
9. Perubahan dalam partisipasi social.
10. Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
11. Tampak pasif, ekspresi wajah tegang.
12. Perhatian menurun.


Pada krisis malapetaka perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan fase
respon terhadap masalah musibah yang dialami.

FASE
1.Dampak Emosional
2.Pemberani (heroic)
3.Bulan madu (honeymoon)
4.Kekecewaan
5.Rekonstruksi dan Reorganisasi

RESPON
1.Fase ini sudah termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok, panic, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.

2.Terjadi suatu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga, dan tim kedaruratan kegiatan yang konstruktif saat itu dapat mengatasi ansietas dan depresi. Akan tetapi aktifitas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.

3.Fase ini mulai terlihat pada satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka. Kebutuhan bantuan orang lain berupa uang, sumber daya, serta dukungan dari berbagai pihak. Perkumpulan akan membantu memberikan masyarakat baru masalah psikologis dan masalah perilaku mungkin terselubung.

4.Fase ini berakhir dalam 2 bulan s/d 1 tahun. Pada saat ini individu merasa sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering membanding – bandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya, dan mulai tumbuh rasa benci atau sikap bermusuhan terhadap orang lain.

5Individu mulai menyadari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalhnya. Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan lingkungannya. Fase ini akan berakhir dalam beberapa tahun setelah terjadi musibah.

B. PERENCANAAN
Dinamika yang mendasari krisis ditetapkan alternative penyelesaian, langkah – langkah untuk mencapai penyelesaian masalah seperti : menentukan lingkungan pendukung dan memperkuat mekanisme koping.

C. TUJUAN
1. Membantu pasien agar dapat berfungsi lagi seperti sebelum mengalami krisis.
2. Meningkatkan fungsi pasien seperti dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin)
3. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawatan yang utama dapat dibagi menjadi 4 tingkatan dari urutan yang paling dangkal sampai paling dalam, yaitu :
1) Manipulasi lingkungan
Ini adalah intervensi dengan merubah secara langsung lingkungan fisik individu atau situasi interpersonalnya, untuk memisahkan individu dengan stressor yang menyebabkan krisis.
2) Dukungan umum (general support)
Tindakan ini dilakukan dengan membuat pasien merasa bahwa perawat ada disampingnya dan siap untuk membantu, sikap perawat yang hangat, menerima, empati, serta penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.

3) Pendekatan genetic (genetic approach)
Tindakan ini digunakan untuk sejumlah besar individu yang mempunyai resiko tinggi, sesegera mungkin. Tindakan ini dilakukan dengan metode spesifik untuk individu – individu yang menghadapi tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunh diri / membunuh orang lain.
4) Pendekatan individual (individual approach)
Tindakan ini meliputi penentuan diagnose, dan terapi terhadap masalah spesifik pada pasien tertentu. Pendekatan individual ini efektif untuk semua tipe krisis dan kombinasi krisis atau jika ada resiko bunuh diri/membunuh orang lain.

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Koping individual yang tidak efektif berhubungan dengan perpisahan dengan orang lain yang dicintai, yang dimanifestasikan dengan menangis, perasaan tidak berharga dan bersalah.

TUJUAN
Pasien dapat mengungkapkan perasaan secara bebas.

INTERVENSI
1. Membina hubungan saling percaya dengan
lebih banyak memakai komunikasi non
verbal.
2. Mengizinkan pasien untuk menangis.
3. Menunjukkan sikap empati.
4. Menyediakan kertas dan alat tulis jika pasien
belum mau berbicara.
5. Mengatakan kepada pasien bahwa perawat
dapat mengerti apabila dia belum siap untuk
membicarakan perasaannya dan mungkin
pasien merasa bahwa nanti perawat akan
mendengarkan jika dia sudah bersedia
berbicara.
6. Membantu pasien menggali perasaan serta
gejala – gejala yang berkaitan dengan
perasaan kehilangan.


2. Perubahan proses interaksi keluarga berhubungan dengan anggota keluarga yang dirawat di rumah sakit, ditandai dengan perasaan khawatir, takut, dan bersalah.

TUJUAN
Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya kepada perawat atau orang lain.

INTERVENSI
1. Melakukan pendekatan kepada anggota
keluarga dengan sikap yang hangat, empati
dan memberi dukungan.
2. Menanyakan kepada keluarga tentang
penyakit yang diderita oleh anggota
keluarganya, seperti timbulnya penyakit,
beban yang dirasakan, akibat yang diduga
timbul karena penyakit yang didertita oleh
anggota keluarga tersebut.
3. Menanyakan tentang perilaku keluarga
yang sakit.
4. Menanyakan tentang sikap keluarga secara
keseluruhan dalam menghadapi keluarga
yang sakit.
5. Mendiskusikan dengan keluarga apa yang
sudah dilakukan untuk mengatasi perasan
cemas, takut, dan rasa bersalah.

F. EVALUASI
Beberapa hal yang dievaluasi antara lain :
1. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum krisis terjadi ?
2. Sudah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan tercantum oleh kejadian yang menjadi factor pencetus ?
3. Apakah perilaku maladaptif atau symptom yang ditunjukkan telah berkurang ?
4. Apakah mekanisme koping yang adaptif sudah berfungsi kembali ?
5. Apakah individu telah mempunyai pendukung sebagai tempat ia bertumpu/berpegang ?
6. Pengalaman apa yang diperoleh oleh individu yang mungkin dapat membantunya dalam menghadapi keadaan krisis dikemudian hari ?

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen Pelayanan Medik, DEPKES RI. 1994. Pedoman Perawatan Psikiatrik. Jakarta
Niven, Neil. 2000. Psikologi Kesehatan. Jakarta. EGC.
Maramis, W.E. 1980. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga University Press.

PENERAPAN PANCASILA DALAM PROFESI KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat
harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia.

Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Ini harus di
lakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan
memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien.

Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam
menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.

Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah – pisahkan.

Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik
rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai – pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.

BAB II
BUDAYA ISI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA

A. PANCASILA

1. Hakikat Pancasila
a. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pandangan Hidup Bangsa berisikan :
(1) Konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita – citakan.
(2) Pikiran – pikiran dan gagasan – gagasan yang mendalam mengenai wujud
kehidupan yang dianggap baik oleh bangsa itu.

Pandangan Hidup Bangsa adalah kristalisasi nilai – nilai yang dimiliki bangsa itu :
(1) Merupakan pedoman, pegangan dalam menghadapi setiap masalah.
(2) Diyakini kebenarannya.
(3) Menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

Suatu bangsa memerlukan pandangan hidup karena :
(1) Untuk mengetahui ke arah mana tujuan yang ingin dicapai oleh bangsa itu.
(2) Untuk memandang setiap masalah yang dihadapi bangsa itu.
(3) Untuk dipakai sebagai pedoman menentukan arah serta bagaimana bangsa itu
memecahkan masalah – masalah yang timbul dalam gerak masyrakat yang makin maju, meliputi :
(a) Masalah politik
(b) Masalah ekonomi
(c) Masalah sosial budaya
(d) Masalah pertahanan keamanan
(4) Untuk dipakai sebagai pedoman dalam membangun dirinya.

b. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan melalui
proses yang panjang didasari oleh sejarah perjuangan bangsa dengan melihat
pengalaman bangsa – bangsa lain dengan diilhami oleh gagasan – gagasan besar
dunia, dengan tetap berakar pada kepribadian dan gagasan – gagasan besar bangsa
sendiri.
Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa,
maka ia diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur hidup kenegaraan. Hal ini
tampak dalam sejarah meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda,
yaitu dalam Pembukaan Undang – Undang Dasar 1945, dalam Mukadimah konstitusi
RIS 1949, dan Mukadimah Undang Undang Dasar Sementara 1950, Pancasila tetap
tercantum di dalamnya.
Pancasila menjadi pegangan bersama pada saat – saat terjadinya krisis nasional
dan ancaman terhadap eksistensinya bangsa kita, itu merupakan bukti sejarah
bahwa Pancasila memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia dan seluruh
rakyat Indonesia sebagai dasar kerohanian negara, dan sebagai Dasar Negara.
Oleh karenanya yang penting adalah bagaimana kita memahami, menghayati
dan mengamalkan Pancasila dalam segala segi kehidupan. Pancasila merupakan satu
kesatuan yang bulat dan utuh karena masing – masing sila dari Pancasila tidak dapat
dipahami dan diberi arti secara terpisah dari keseluruhan sila – sila ainnya.
Memahami atau memberi arti setiap sila secara terpisah dari sila – sila lainnya akan
menimbulkan pengertian yang keliru dan salah tentang Pancasila.

c. Pancasila Sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum
Pancasila merupakan sumber tertib hukum dan dasar negara. Segala peraturan
yang ada, harus bersumber dan tidak boleh menyimpang dan bertentangan dengan
Pancasila. Dalam ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 dijelaskan bahwa sumber
tertib hukum Republik Indonesia adalah pandangan hidup, kesadaran dan cita – cita
hukum serta cita – cita moral hokum yang meliputi suasana kejiwaan serta watak
dari bangsa Indonesia, yang sekarang menjadi dasar Negara Indonesia yakni
Pancasila. Jadi jelaslah bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala peraturan
perundangan yang ada maupun yang akan dikeluarkan di dalam Negara Indonesia,
apakah Undang Undang Dasar, undang–undang atau peraturan pelaksanannya.

2. Memahami dan Menghayati Nilai – Nilai Pancasila
Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai – nilai yang diyakini
kebenarannya dan kesediaan untuk mewujudkan di dalam segala perilaku hidup
dan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bagi Bangsa Indonesia
kristalisasi nilai – nilai tersebut adalah yang terdapat di dalam Pancasila, dimana
sila Ketuhanan merupakan nilai inti dan nilai sumber untuk nilai – nilai yang terdapat
dalam sila – sila lainnya.
Nilai Ketuhanan yang merupakan nilai inti dan nilai sumber akan dapat
memberikan upaya dan usaha manusia dalam :
a. Investasi nilai
b. Filter tindakan manusia
c. Memberikan kendali bagi manusia
d. Sebagai pengarah pada manusia
e. Sebagai pendorong bagi manusia

BAB III
PENERAPAN PANCASILA DALAM PROFESI KEPERAWATAN

A. ARTI BUDI PEKERTI DALAM PERAWATAN
Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan akhlak
seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi pekerti dalam
perawatan khususnya berarti tata susila yang berhubungan dengan cita – cita adat dan
kebiasaan yang mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.
1. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat
Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang
baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat
adalah seorang yang memberikan pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit
maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk
sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan
yang suci.
2. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita
Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan menjalankan
pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada penderita yang
dirawatnya. Amal jasmani dan rohani yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh
perawat kepada penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita
tersebut.
Seringkali perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan yang bertalian dengan
pengertian akhlak dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bias menjadi
penolong yang berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka yang
tidak mempunyai harapan sembuh.

B. SYARAT MENJADI PERAWAT YANG BAIK
Seorang siswa pada permulaan masuk sekolah mempunyai keinginan untuk mengetahui bagaimana caranya untuk menjadi perawat yang baik.
Dalam memilih sesuatu keahlian, seseorang harus mendapatkan kepuasan dalam lapangan pekerjaan pilihannya itu. Pekerjaan seorang perawat adalah pekerjaan manusiawi untuk menolong sesama manusia agar mendapatkan kesehatan yang tinggi dan untuk mengadakan lingkungan yang sehat bagi penderita maupun orang sehat. Perawatan adalah pekerjaan yang berguna dan penting, serta dapat memberi kepuasan batin bagi orang-orang yang memasukinya.
Perawat perlu mengatasi keperluan-keperluan dalam merawat penderita secara langsung/tidak langsung. Misalnya mengenai sikapnya, karena menghadapi penderita dari bermacam-macam tingkatan, umur, dan lain-lain. Maka perlu diperhatikan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan jasmani maupun rohani penderita, sehingga bila penderita itu memerlukan pertolongan dapat diberikan secara cepat. Perawat harus dapat memberi bimbingan hidup sehat kepada penderita.
Dari uraian-uraian diatas, Dapat ditarik kesimpulan secara lebih spesifik. Syarat-syarat untuk menjadi perwat yang baik adalah :
1. Berminat terhadap perawatan, sehingga perawat dapat memberikan kepuasan perawatan pada penderita.
2. Mempunyai rasa kasih sayang.
3. Mempunyai rasa sosial dan tabiat ramah.
4. Mempunyai kemampuan untuk menjaga nama baik perawat dan instansi/unit kerjanya
5. Berpikiran dan berkelakuan baik serta berbadan sehat agar supaya sanggup menjalankan pekerjaannya.


C. PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM MENJALANKAN TUGASNYA.
Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai “yang salah” atau “yang benar” ( Berkowit Z,1964 ).
Pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang “baik” dan “benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak.
Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk bertindak, namun sebagai suatu pedoman umum untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah. Beberapa kategori prinsip diantaranya :
Kebijakan ( dan realisasi diri )
Kesejahteraan orang lain
Penghormatan terhadap otoritas
Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
Dan keadilan
Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien sendiri merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara perawat dan pasien.


Selain prinsip-prinsip moralitas yang dikemukakan diatas, ajaran moralitas dapat juga berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila, misalnya dalam sila I dan sila II.
1. Sila I ( Ketuhanan Yang Maha Esa )
Bahwa kita menyakini akan adanya Tuhan ( Allah SWT ), yang akan selalu mengawasi segala tindakan-tindakan kita. Begitu juga dengan perawat. Bila perawat melakukan Malpraktik, mungkin ia bias lolos dari hukuman dunia. Tetapi hokum Tuhan sudah menanti disana
( akhirat ). Jadi perawat harus mampu menjaga perilaku dengan baik, merawat pasien sebagai mana mestinya.

2. Sila II ( Kemanusiaan Yang adil dan Beradap )
Disini jelas bahwa moralitas berperan penting, khususnya moralitas perawat dalam menangani pasien. Perawat harus mampu bersikap adil dalam menghadapi pasien, baik itu kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semua diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.

D. SIKAP DAN PRIBADI DALAM PEKERJAAN.
Sikap dan pribadi menentukan segala perbuatan dan tingkah laku manusia. Keadaan sikap dan pribadi seseorang dipengaruhi oleh kekuatan batinnya : pikiran, perasaan, kemauan dan ilham / intuisinya.
Kemauan seorang perawat merupakan bakat atau pemberian dari jiwanya. Ia dapat memilih dengan kekuatan pikiran, sehingga ia dapat memastikan mana yang baik dan mana yang tidak baik.


Baik buruk kemauan itu tergantung pada tujuannya dan tujuan itu ditentukan oleh :
a. Keluhuran budi manusia
b. Kesosialan manusia
Berbicara tentang budi pekerti, tidak lepas dengan yang namanya kejujuran. Dalam dunia perawatan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan pembicaraan adalah penting untuk si sakit dan lingkungannya.
Perawat hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang hal – hal si sakit dengan orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu dan yang tidak mengerti soal perawatan penderita, meskipun orang tersebut keluarga si sakit sendiri. Sebaiknya diserahkan kepada Dokter yang bersangkutan. Kemungkinan akibat yang tidak baik akan terjadi jika perawat menceritakan perihal penyakit penderita kepada orang lain / penderita itu sendiri mengetahui penyakitnya yang sebenarnya.
Selain perawat harus jujur dalam menunaikan tugasnya, ia juga harus mengerti kata – kata apa yang dapat dikeluarkan sehubungan dengan penderita dan penyakitnya. Hal ini penting sekali karena berhubungan dengan jiwa dan keselamatan manusia.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari uraian – uraian yang dibahas didepan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan adalah sebagai berikut :
1. Seorang perawat harus mempunyai budi pekerti yang luhur, karena akan berfaedah bagi diri perawat maupun pasien yang dirawatnya.
2. Untuk menjadi seorang perawat yang baik, ia harus memenuhi beberapa syarat / kriteria tertentu.
3. Seorang perawat harus memiliki rasa moralitas dan rasa kemanusiaan yang tinggi.
4. Ajaran moralitas bagi perawat juga terkandung dalam sila – sila pancasila terutama sila I dan sila II.

B. SARAN
Dari kesimpulan diatas penulis dapat sedikit memberi saran kepada calon perawat / perawat, yaitu :
1. Menjadi seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya.
2. Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik.
3. Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya.
4. Perawat harus bisa membawa / menempatkan diri dimana ia berada.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Drs. H.A.W. Widjaja. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada Perguruan
Tinggi. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada
Drs. Kaelam. M.S. 1995. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta.
Penerbit : Paradigma Yogya
Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2004. Etika Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Asih, Luh Gede Yasmin. 1993. Prinsip – prinsip Merawat Berdasarkan Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

ASKEP BAYI SEPSIS

A. Pengertian
Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah.

B. Etiologi dan Epidemiologi
Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.
Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)

C. Tanda dan gejala
Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :
-Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi),
-Ikterus,
-Kesulitan pernafasan,
-Hepatomegali,
-distensi abdomen,
-Anoreksia,
-Muntah-muntah, dan
-Letargi.
-Jaundice (sakit kuning)
-kejang

D. Diagnosis
Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

E. Pengobatan
Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.
Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.

F. Prognosis
Angka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

G. Pencegahan
Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYI
DENGAN SEPSIS

A PENGKAJIAN

1. Identitas Klien
2. Riwayat Penyakit
-Keluhan utama
Klien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

-Riwayat penyakit sekarang
Pada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

-Riwayat penyakit dahulu.
Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

-Riwayat penyakit keluarga
Orang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.

3. Riwayat Tumbuh Kembang
-Riwayat prenatal
Anamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

-Riwayat neonatal
Secara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisik
-Inspeksi
a. Kulit kekuningan
b. Sulit bernafas
c. Letargi
d. Kejang
e. Mata berputar

-Palpasi
a. tonos otot meningkat
b. leher kaku

-Auskultasi

-Perkusi

6.Studi Diagnosis
Pemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

7.Prioritas masalah
1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin yang ditandai dengan :
• Kulit bayi kekuningan
• Bilirubin total : 4,6
• Bilirubin direct : 0,3
• Bilirubin indirect : 4,3

TUJUAN
Bayi akan terhindar dari kerusakan kulit

INTERVENSI
1.Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.
2.Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin
3.Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

RASIONAL
1.Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih dini.
2.Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit
3.Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

2.Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di tandai dengan:
• Kulit bayi terlihat kekuningan

Tujuan:
Injuri tidak terjadi

Intervensi:
1.monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar, laporkan bila ada peningkatan
2.inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan apa yang terjadi

Rasional:
1.mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi
2.mengetahui seberapa besar kadar bilirubin

3.Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi.

Data Subyektif:
• Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan.
Data Obyektif :
• Orang tua tampak cemas
• Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya.

TUJUAN:
Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan

INTERVENSI
1.Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus
2.Berikan penjelasan tentang:
Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.
3.Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .
4.Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah sakit
5.Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan

RASIONAL
1.Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an kepada keluarga
2.Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.
3.Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga
4.Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi kecemasan keluarga.
5.Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus



Daftar Pustaka :

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

ASKEP ANAK ANEMIA

I. Konsep dasar penyakit
Anemia merupakan kondisi di mana kurangnya kosentrasi sel darah merah atau menurunnya kadar haemoglobin dalam darah di bawah normal

II. Penyakit anemia dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Gangguan produksi yang dapat terjadi karena;
1). Perubahan sintesa Hb yang dapat menimbulkan anemia
2). Perubahan sintesa DNA akibat kekurangan nutrien
3). Fungsi sel induk (stem sel ) terganggu
4). Inflitrasi sum-sum tulang

b. Kehilangan darah
1). Akut karena perdarahan
2). Kronis karena perdarahan

c. Meningkatnya pemecahan eritrosit (hemolisis) yang dapat terjadi karena;
1). Faktor bawaan misalnya kekurangan enzim G6PD
2). Faktor yang didapat, yaitu bahan yang dapat merusak eritrosit

d. Bahan baku untuk membentuk eritrosit tidak ada

III. Pengkajian Keperawatan
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
- pasca perdarahan
- pada difisiensi zat besi
- anemia hemolistik
- anemia aplastik
c. Mudah lelah
- kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
- pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
- rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
- kompensasi dari refleks cardiovaskular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
- penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
- Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
- pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu makan
j. Pika
- suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi,
Anak yang memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya(PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
- karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
o. Program terafi, perinsipnya;
- tergantung berat ringannya anemia
- tidak selalu berupa transfusi darah
- menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala


Nilai normal sel darah

Jenis sel darah

1.Eritrosit (juta/mikro lt) umur bbl 5,9 (4,1 – 7,5), 1 Tahun 4,6 (4,1 – 5,1), 5 Tahun 4,7 (4,2 -5,2), 8 – 12 Tahun 5 (4,5 -5,4).

2. Hb (gr/dl)Bayi baru lahir 19 (14 – 24), 1 Tahun 12 (11 – 15), 5 Tahun 13,5 (12,5 – 15), 8 – 12 Tahun 14 (13 – 15,5).

3.Leokosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 17.000 (8-38), 1 Tahun 10.000 (5 – 15), 5 Tahun 8000 (5 – 13), 8 – 12 Tahun 8000 (5-12).

Trombosit (per mikro lt)Bayi baru lahir 200.000, 1 Tahun 260.000, 5 Tahun 260.000, 8 – 12 Tahun 260.000

4.Hemotokrit (%0)Bayi baru lahir 54, 1 Tahun 36, 5 Tahun 38, 8 – 12 Tahun 40.


IV. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas b/d gangguan sistem transpor oksigen sekunder akibat anemia

Rencana Tindakan:
1. Monitor Tanda-tanda vital seperti adanya takikardi, palpitasi, takipnue, dispneu, pusing, perubahan warna kulit, dan lainya
2. Bantu aktivitas dalam batas tolerasi
3. Berikan aktivitas bermain, pengalihan untuk mencegah kebosanan dan meningkatkan istirahat
4. Pertahankan posisi fowler dan berikan oksigen suplemen
5. Monitor tanda-tanda vital dalam keadaan istirahat


b. Kurang nutrisi dari kebutuhan b/d ketidak adekuatan masukan sekunder akibat: kurang stimulasi emosional/sensoris atau kurang pengetahuan tentang pemberian asuhan

Rencana Tindakan:

1.Berikan nutrisi yang kaya zat besi (fe) seperti makanan daging, kacang, gandum,
sereal kering yang diperkaya zat besi
2.Berikan susu suplemen setelah makan padat
3.Berikan preparat besi peroral seperti fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat,
fero glukonat, dan berikan antara waktu makan untuk meningkatkan absorpsi berikan
bersama jeruk
4.Ajarkan cara mencegah perubahan warna gigi akibat minum atau makan zat besi dengan
cara berkumur setelah minum obat, minum preparat dengan air atau jus jeruk
5.Berikan multivitamin
6.Jangan berikan preparat Fe bersama susu
7.kaji fases karena pemberian yang cukup akan mengubah fases menjadi hijau gelap
8.monitor kadar Hb atau tanda klinks
9.Anjurkan makan beserta air untuk mengurangi konstipasi
10.Tingkatkan asupan daging dan tambahan padi-padian serta sayuran hijau dalam diet


c. Ansietas/cemas b/d lingkungan atau orang

Rencana Tindakan:

1. Libatkan orang tua bersama anak dalam persiapan prosedur diagnosis
2. Jelaskan tujuan pemberian komponen darah
3. Antisipasi peka rangsang anak, kerewelan dengan membantu aktivitas anak
4. Dorong anak untuk mengekspresikan perasaan
5. Berikan darah, sel darah atau trombosit sesuai dengan ketentuan, dengan
harapan anak mau menerima

DAFTAR PUSTAKA

Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta, Medika, 2005
Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006

ASKEP BPH

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

PENDAHULUAN

Penggunaan istilah hipertropi sebenarnya tidaklah tepat pada kasus ini, karena sebenarnya kelenjar prostat tidaklah membesar/hipertropi prostat, tetapi kelenjar periuratralah yang mengalami hiperplasia (tidak hipertropi). Dalam hal sel-sel granduler dan sel-sel interstisial mengalami hiperplasia (jumlah sel bertambah banyak) maka dalam literatur Benigna Hiperplasi oh the Prostate Gland atau Adenoma Prostate istilah hipertropi prostat sudah umum dipakai.

Laki-laki yang telah berumur lebih dari 50 tahun sering menderita pembersaran kelenjar prostat (frekuensinya bertambah sesuai dengan umur). Kelenjar prostat merupakan bagian dari alat reproduksi dan melengkapi bagian pangkal uretr, sehingga bila terjadi pembesaran kelenjar ini, uretra yang di tengah-tengahnya akan tertekan, sehingga air seni tidak dapat mengalir ke luar dengan lancar.

PATOFISIOLOGI

Proses pembesaran prostat terjadi secara berlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi perlahan-lahan pula. Pada tahap awal, setelah terjadi pembesaran prostat, retensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal dan meregang sehingga timbul sirkulasi/divertikel. Fase penebalan ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan ini berlanjut maka detrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi resiko urine yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosus dan disfungsi saluran kemih atas.

Adapun patofisiologi dari masing-masing gejala adalah :
• Penurunan kekuatan dan kaliber aliran yang disebabkan retensi uretra, adalah gambaran awal dan menetap dari BPH
• Hesitonsi (kencing harus mengunggu lama) terjadi karena destrusor membutuhkan waktu yang cukup lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
• Intermetency (kencing terputus-putus) terjadi karena detrusor tidak dapat mengatasi resistensi uretra sampai akhir miksi dan rasa belum puas sehabis miksi terjadi karena jumlah residu urine yang masih banyak.

ETIOLOGI
Masih belum diketahui dengan pasti tetapi banyak juga teori yang ditegakkan untuk BPH seperti :
• Teori tumor jinak
• Teori rasial dan faktor sosial
• Teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui
• Teori yang berhubungan dengan aktivitas hubungan seks
• Teori ketidakseimbangan hormonal

Pendapat terakhir ini sering kali dipakai yaitu terjadi ketidakseimbangan antara hormon androgen dan pada usia lanjut yaitu hormon esterogen tetap dan androgen menurun, maka terjadi ketidakseimbangan esterogen menjadi lebih banyak secara relatif ataupun secara absolut dan hal ini menyebabkan kelenjar prostat membesar.
GEJALA KLINIK
Sesuai dengan anatominya, maka pembesaran prostat dapat mengenai daerah periuretral, daerah subrigonal, atau daerah bladder neck dan pendesakan daerah inilahyang menyebabkan gejala klinik

Tetapi tidak semua BPH menimbulkan keluhan, maka dari itu biasanya kelenjar tidak menentukan besar ringannya gejala walaupun biasanya prostat yang besar menyebabkan obstruksi yang besar pula.

Adapun keluhan-keluhan tersebut dapat dibagi dalam derajat :
1. Derajat I : penderita merasakan lemahnya pancaran air kencing, kencing tidak lampias, frekuensi kencing bertambah pada malam hari

2. Derajat II : adanya retensi urine maka timbulnya infeksi penderita akan mengeluh waktu miksi terasa panas, dan kencing malam bertambah

3. Derajat III : timbulnya retensi total

Gejala lain yang timbul adalah :
• Hematuria
• Overflow urinari, incontinensia dapat ditemukan pada efek sekunder


Komplikasi
Apabila buli-buli menjadi dekompensasi akan terjadi retensio uri karena produksi urine terus berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak dapat lagi menampung sehingga tekanan intra vasika meningkat, dapat timbul hidro ureter, hidro nefrosis dan gagal ginja, proses kerusakan ginjal dipercepat jika terjadi infeksi.

Karena selalu terdapat sisa urine dapat terbentuk batu endapan dalam buli-buli. Batu ini dapat menambah keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menimbulkan sistitis.

Pada waktu miksi pasien harus mengejan sehingga lama-kelamaan dapat menyebabkan hernia atau haemroid.

TERAPI
Ada 2 macam terapai yang digunakan, yaitu :
1. KONSERVATIF
Terapi konservatif dilakukan bila terapi operatif tidak dapat dilakukan, misalnya karena pasien menolak operasi, mempunyai sakit jantung berat dengan kontraindikasi operasi lainnya.
Tindakan konservatif yaitu mengusahakan agar prostat tidak mendadak membesar, karena terjadi infeksi sekunder dengan pemberian anti biotika.
Terapi untuk retensi urine yaitu dengan keteterisasi.
Kateterisasi intermiten
Buli-buli dapat dikosongkan dan kateter segera dilepas, beberapa pasien kemudian akan dapat miksi sendiri dengan spontan
Kateterisasi endwiling
Sangat berguna terutama bila penderita dulunya juga pernah mengalami retensi urine akut. Tiap hari hendaknya kateter dibersihkan dan tiap minggu diganti dengnan kateter yang baru.

2. TERAPI OPERATIF
• Tindakan operatif
• Pernah obsruktif/retensi berulang
• Urine sisa lebih dari 50 cc

Ada 4 cara prostatektomi yang dikenal :
1. Suprapubik transvesikel yaitu kelenjar prostat diangkat melalui sayatan dinding perut dengan membuka kandung kencing
2. Retropubik ekstravesikel yaitu dinding perut disayat agak ke bawah lalu kelenjar prostat diangkat tanpa membuka dinding kandung kemih
3. Perineal prostatektomi yaitu kelenjar prostat dibuang melalui perineum
4. Trans urethral resection (TUR) yaitu kelenjar prostat diangkat melalui saluran uretra

Komplikasi yang bisa terjadi adalah :
1. Perdarahan
2. Inkontinensia
3. Uretritits dan traktus uretra
4. Epididimiokrkhetis
5. Trombosis
6. Fistula (suprapubik, rektiprostatik)

PERAWATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMBEDAHAN

Persiapan preoperatif
• Tanda persetujuan secara tertulis, penderita dan keluarga harus menyatakan persetujuan pembedahan
• Catatan sebelum pembedahan
• Pesan sebelum pembedahan
Pesan tertulis sehari sebelum operasi untuk melengakapi persiapan
1. Persiapan kulit
Daerah yang akan dicukur ditentukan, lebih baik kalau pencukuran langsung dilaksanakan sebelum pembedahan. Penderita harus dimandikan dan bersih malam sebelum pembedahan.
2. Diet
Penderia tidak boleh makan makanan padat selama 12 jam pasien dipuasakan minum cairan selama 8 jam sebelum pembedahan.
3. Cairan iv
Pemberian cairan intravena tidak diperlukan pada berbagai kasus tetapi pada penderita yang lansia atau lemah perlu diberi cairan penguat pada malam sebelum pembedahan.
4. Pengurangan isi perut
Pencahar dan enema kebanyakan dilaksanakan pada pembedahan perut, pengosongan sebagian dari usus dilaksanakan pemberian 2-3 tablet dulcolax.
5. Pemberian obat-obatan
Premedikasi anastetik biasanya ditangani oleh dokter ahli anastesi
6. Tes laboratorium
Penentuan BUN, kreatinin serum dan kalium serum, lab darah dan lain-lain.
7. Sinar X
Penyinaran pada dada prelogram untuk dapat menetapkan besarnya ginjal dan adanya obstruksi air kemih dan arteriogram.
8. Transfusi darah
Harus disiapkan bilamana perlu
9. Kandung kencing
Kateter voley digunakan pada pembedahan yang lama lebih baik memasang kateter sesudah di bedah daripada sebelumnya.

PERAWATAN PASCA BEDAH
1. Jenis pembedahan
Sehingga perawat dan dokter yang jaga mengetahui persoalan yang dihadapi
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah, denyut nadi, respirasi, harus dicatat tiap 15 menit sesudah operasi, tiap jam selam beberapa jam kemudian 4 jam hingga penderita sembuh
3. Catat BB tiap hari, input dan output
4. Catat BUN, creatinin, dan elektrolit setiap hari
5. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setiap hari
6. Aktivitas dan posisi
Posisi mula-mula telentang tetapi penderita harus dimiringkan ke kiri atau ke kanan setiap 30 menit sementara ia tidak sadarkan diri. Anjurkan menggerakan kaki secara aktif atau pasif setiap jam.
7. Makanan
8. Cairan intra vena (catat jenis cairan dan kecepatan tetesan pemberiannya)
9. Pantau drain pada luka pembedahan bila ada catat outputnya
10. Monitor kateter dan pengeluaran urinenya
11. Pantau irigasi pada kandung kemih bila ada
12. Perawatan luka bersih pada daerah luka pasca bedah
13. Pengobatan
Perhatikan obat-obatan pasca operas

Untuk contoh askep selengkapnya silahkan download

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marlin E. ET al. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta. EGC

Drajat MT. 1986. Kumpulan Ilmu Bedah Khusus. Jakarta. Aksara Madinisa

Manjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta. Media Aesculapus

Oswari E. 1993. Bedah dan Perawatannya. Jakarta. Gramedia

ABORTUS

A. Definisi
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi pada waktu janin masih demikian kecilnya sehingga tidak dapat hidup di luar rahim, yaitu bila berat bayi masih kurang dari 500 gram atau par{angnya kurang dari 35 cm atau kehamilan kurang dan20 minggu.

B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab sangat banyak. Pada bulan pertama dari kehamilan abortus hampir selalu didahului oleh matinya fetus. Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah :
o Faktor telur sendiri
o Faktor ibu
o Faktor bapak
l) Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat, Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian fetus pada hamil muda. Fakfor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :
o Kelainan kromosom. Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
o Lingkungan kurang sempuma. Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
o Pengaruh dari luar. Radiasi, virus, obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

2) Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam villi koriales dan menyebabkan olsigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3) Kelainan genetalia ibu
o Kongenital anomali (ripoplasia uterio uterus bikornis)
o Kelainan letak dari uterus seperti retrofelsi uteri fiksata
oTidak sempumanya persiapan utenrs untuk menanti nidasi dari pada ovum yang sudah dibuatri seperti kurangnya progesteron/esfiogen, endometitis, mioms submukus.
o Uterus terlalu cepat regang ftehamilan gandq mola)
o Distorsio dari uterus : oleh karena di dorong oleh tumor pelvis
4) Penyakit-penyakit ibu
o Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggr : pneumonia,tifoid, pielitis, rubeola demam malta dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena toksin dari si ibu atau invasi dari kuman dan virus pada fetus.
o Keracunan Pb, nikotin, gas racun & alkohol
o Ibu yang asfiksia seperti pada dekomp kordis, penyakit paru berat, anemi gravis
o Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid avit A/C/E, diabetes mellitus.
5) Rhesus Antagonisme
Pada Rhesus Antagonisme darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemi pada fetus yang menyebabkannya mati.
6) Terlalu cepat korpus luteum meniadi atrofis
7) Perangsangan pada ibu sehingga menyebabkan uterus berkontraksi, misalnya : sangat terkejut obat-obatan uterus tonika, ketakutan, laparotomi
8) Trauma langsung terhadap fetus : selaput janin rusak langsung karena instnrmen" benda dan obat-obatan.
9) Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi, dekompensasi kordis, malnutrisi,nefritis, sifilis, keracunan( alkohol,nikotin,Pb) sinar rontgen, avitaminosis.
10)Faktor serviks: inkompetensi serviks,sevisitis

C. Patologi
Abortus biasanya disertai oleh perdarahan ke dalam desidua basalis dan Nekrosis di jaringan dekat tempat perdarahan. Ovum menjadi terlepas, dan hal ini memicu kontraksi uterusy ang menyebabkane kspulsi.A pabila kantung dibuka, biasanya dijumpai janin kecil yang mengalami maserasi dan dikelilingi oleh cairan, atau mungkin tidak tampak janin di dalam kantung dan disebut blighted ovum.
Mola kameosa atau darah adalah suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan vili korionik yang telah berdegenerasi tersebar di antaranya. Rongga kecil di dalam yang terisi cairan tampak Menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal.
Pada abortus tahap lebih lanjut terdapat beberapa kemungkinan hasil. Janin yang tertahan dapat mengalami maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan, meninggalkan dermis. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis. Cairan amnion mungkin terserap saat janin tertekan dan mengering untuk membentuk fetus kompresus.
Kadang-kadang, janin akhimya menjadi sedemikian kering dan tertekan sehingga
mirip dengan perkamen, yang disebut juga sebagai fetus papiraseus.

D. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu :
o Abortus spontaneus
Yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis abortus spontaneus meliputi :
a) Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa minggu. Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina,pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hCG) serum, dan kadar progesteron serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi, untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan tekhnik pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestasi intrauterus hidup. Setelah konseptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diperlukan kuretase. Ulhasonografi abdomen atau probe vagina Dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila di dalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan kuretase.

Penanganan abortus imminens meliputi :
* Istirahat baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
* Terapi hormon progesteron intramuskular atau dengan berbagai zat progestasional sintetik peroral atau secara intramuskular.Walaupun bukti efektivitasnya tidak diketahui secara pasti.
* Pemeriksaan ultrasonografi untuk menentukan apaka}r janin masih hidup.
b) Abortus Insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
PenangananA bortus Insipiens meliputi :
l) Jika usia kehamilan kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
* Berikan ergomefiin 0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
* Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
2) Jika usia kehamilan lebih 16 minggu :
* Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
* Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
3) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
c) Abortus lnkompletus
Abortus Inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta (seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus. Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
Penanganan abortus inkomplit :
1) Jika perdarahant idak seberapab anyak dan kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg intramuskulera taum iso prostol4 00 mcg per oral.
2) Jika perdarahanb anyak atau terus berlangsungd an usia kehamilan kurang 16 minggu, evaluasi hasil konsepsi dengan :
- Aspirasi vakum manual merupakan metode evaluasi yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
- Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera beri ergometrin 0,2 mg intramuskuler (diulang setelah 15 menit bila perlu) atau misoprostol 400 mcg peroral (dapat diulang setelah 4 jam bila perlu).
3) Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
- Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan intravena (garam fisiologik atau ringer laktat) dengan k ecepatan 40 tetes permenit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
- Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg per vaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
- Evaluasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.
d) Abortus Kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Penderita dengan abortus kompletus tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila penderita anemia perlu diberikan tablet sulfas ferrosus 600 mg perhari atau jika anemia berat maka perlu diberikan transfusi darah.
e) Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang lebih bundar, dengan dinding menipis. Padap emeriksaand itemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f) Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
Diagnosis
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mamma agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, tes kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besamya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai oleh gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemeriksaan ke arah ini perlu dilakukan.
Penanganan
Setelah diagnosis missed abortion dibuat, timbul pertanyaan apakah hasil konsepsi perlu segera dikeluarkan. Tindakan pengeluaran itu tergantung dari berbagai faktor, seperti apakah kadar fibrinogen dalam darah sudatr mulai turun. Hipofibrinogenemia dapat terjadi apabila janin yang mati lebih dari I bulan tidak dikeluarkan. Selain itu faktor mental penderita perlu diperhatikan karena tidak jarang wanita yang bersangkutan merasa gelisah, mengetahui ia mengandung janin yang telah mati, dan ingin supaya janin secepatnya dikeluarkan.
g) Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
Etiologi
l. Kelainan daxi ovum atau spermatozoa, dimana kalau terjadi pembuahan hasilnya adalah pembuahan yang patologis.
2. Kesalahan-kesalahan pada ibu:
. Disfungsi tiroid
. Kesalahan korpus luteum
. Kesalahan plasenta, tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis. Ini dapat dibuktikan dengan mengukur pregnandiol dalam urin.
- Keadaan gizi si ibu (malnutisi)
. Kelainan anatomis dari rahim
. Febrisu ndulands( contagiousa bortion)
. Hipertensi oleh karena kelainan pembuluh darah sirkulasi pada plasenta/villi
Terganggu dan fetus jadi mati.
- Gangguan psikis
. Serviks inkompeten
. Rhesus antagonism

Pemeriksaan
1. Histerosalpingografi untuk mengetahui ada tidaknya pada uterus submukus mioma dan kongenital anomaly
2. BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan gld. Thyroid
3. Psiloanalis
Diagnosis
Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia menunjukkan gambaran klinik yang khas, yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mules, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah. Kemudian timbul mules yang selanjutnya diikuti oleh pengeluaran janin yang biasanya masih hidup dan normal.
Terapi
Pengobatan padaz kelainan dari endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Penanganannya terdiri atas : memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang bergizi, anjuran istirahat yang cukup, larangan koitus dan olah raga. Merokok dan minum alkohol dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeter terapinya adalah operatif : SHIRODKAR atau MC DONALD (cervical cerclage).

h) Abortus infeksious,a bortuss eptik
Abortus infeksious adalah abortus yang disertai infeksi pada genetali sedang abortus septik adalah abortus infeksious berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritonium. Pada abortus infeksious, infeksi terbatas pada desidua. Sedangkan pada abortus septic virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium, tuba parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.
Diagnosis
Diagnosis abortus infeksious ditentukan dengan adanya abortus yang disertai gejala dan tanda infeksi alat genital seperti Pils, takikardi, perdarahan pervagina yang berbau,uterus yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan leukositosis.
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil demam tinggi dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu diadakan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.
Terapi
- Bila perdarahan banyak berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
. Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pembiakan dan uji kepekaan obat) :
l. Berikan suntikan penisilin l juta satuan tiap 6 jam
2. Berikan suntikan streptomisin 500 mg setiap L2 jam
3. Atau antibiotika spektrum luas lainnya.
. 24-28 jam setelah dilindungi dengan antibiotika atau lebih cepat bila terjadi perdarahan banyak, lakrrkan dilatasi dan kuretase pengeluaran hasil konsepsi.
. infus dan pemberian antibiotika diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan penderita.
. Pada abortus septik terapi sama sajq hanya dosis dan jenis antibiotika ditinggikan dan yang tepat sesuai hasil pembiakan dan uji kepekaan kuman.
. Tindakan operatif, dilakukan melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan, dilakukan bila keadaan umum dan panas mulai mereda.
o Abortus provakatus (induced abortion)
Yaitu abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat.
a) Abortus medisinalis (abortus therapeutica)
Abortus karena tindakan kita sendiri, berhubung kalau kehamilan dilanjutkan terus dapat membahayakan jiwa si ibu.
b) Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak berdasarkan medis atau legal.
E. Komplikasi
l) Perdarahan
Perdarahand apat diatasi denganp engosonganu terus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2) Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada pada uterus dalam posisi hiperrefiofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparotomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persolaan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas, mungkin pula terjadi perlukaan pada kandung kemih atau usus, dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera dilakukan unfuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3) Infeksi
4) Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik)

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka
by Khaidir muhaj di 08:43

PERSALINAIN PRETERM

Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilm 37 minggu atau kurang, istilah yang digunakan untuk menyebut bayi yang dilahirkan terlalu dini. Merupakan hal yang berbatraya karena mempunyai dampak yang potensial meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umtrmnya berkaitan dengan berat lahir rendah. Berat lahir rcndah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan pertumbuhan janin yang terhambat.

KAUSA KELAHIRAN PRETERM
Suatu sekfum luas penyebab dan faktor demografi telah dikaitkan dengan kelahiran bayi preterm.
* Komplikasi medis dan obstetris
Ada beberapa kondisi mdik yang mendorong untuk dilalokan tindakan sehingga terjadi persalinan preterm.
Kondisi yang menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat:
l. Hipertensi
2. Perkembanganjanin terhambat
3. Solusio plasenta
4. Plasenta previa
5. Kelainan rhesus
6. Diabetes
* Faktorgayahidup
Perilaku seperti merokolg gizi buruk dan penambahan berat badan yang kurang baik selama kehamilar; serta penggunaan obat seperti kokain atau alkohol mempunyai peranan penting pada kejadian dan hasil bayi dengan berat lahir rendah.
* Faktor genetik
* Infeksi cairan amnion dan korioamnion

TANDA DAN GEJALA
Selain kontraksi uterus yang nyeri dan tidak terasa nyeri, gejala-gejala seperti tekanan pada panggul, kram seperti saat menstruasi, dan nyeri punggung bawah secara empiris berkaitan dengan kelairan preterm yang membakat.

KONDISI YANG MENIMBTULKAN PARTUS PRETERM
l) Hipertensi
Tekanan darah tinggi menyebabkan penolong cenderung untuk mengakhiri kehamilan, hal ini menimbulkan prevalensi persalinan preterm meningkat.
2) Perkembanganja nin terhambat
Perkembangan janin terhambat (intrauterine growth retardation) merupakan kondisi di mana salah satu sebabnya ialah pemasokan oksigen dan makanan mungkin kurang adekuat dan hal ini mendorong untuk terminasi kehamilan lebih dini.
3) Solusio plasenta
Terlepasny plasent akan merangsang untuk terjadi persalinan preterm, meskipun sebagian besar terjadi pada aterm. Pada pasien dengan riwayat solusio plasenta maka kemungkinan terulang menjadi lebih besar.
4) Plasenta previa
Plasenta previa sering kali berhubungan dengan persalinan preterm akibat harus dilakukan tindakan pada perdarahan yang banyak. Bila telah terjadi perdarahan banyak maka kemungkinan kondisi janin kurang baik karena hipoksia.
5) Kelainan rhesus
6) Diabetes
Pada kehamilan dengan diabetes yang tidak terkendali maka dapat dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Tapi saat ini dengan pemberian insulin dan diet yang terprogram, umurnnya gula darah dapatdikendalikan.

DIAGNOSIS
Kriteria berikut untuk mencatat persalinan preterm pada usia gestasi antara 20 dan 37 minggu :
1) Kontraksi yang terjadi dengan frekuensi empat kali dalam 20 menit atau delapan kali dalam 60 menit plus perubahan progresif pada serviks.
2) Dilatasi serviks lebih dari I cm
3)Pendataran serviks sebesar 80 % atau lebih.

PENATALAKSANAAN PARTUS PRETERM
1) Sewaktu partus jangan berikan narkosa morfin dan sedativa kalau tidak perlu atau tidak ada indikasi.
2) Padaketuban pecah dini :
- Berikanantibiotikayangcukup
- Wanita hamil dirawat inap, dan menunggu sampai anak cukup besar.
- Kalau di rumatr dilarang koitus.
3) Jangan terlalu banyak fauma pada anak sewaktu menolong partus. Kalau
perlu segera lakukan episiotomi sebaik kepala anal'lnampak divulva. Tali pusat baru diklem setelah pulsasi negatif.
4) Bisa pula dipakai obat-obatan : relaxin, releasing, dactil, dibulin dan infuse alkohol 10 % yang gunanya memberikan relaksasi pada serviks, kemasan progesteron (gestanon, duphaston) dan obat-obat lainnya.

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka

KEHAMILAN LEWAT WAKTU

DEFINISI
Kehamilan umumnyab erlangsung4 0 minggu atau 280 hari dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38 sampai 42 minggu dan ini merupakan periode dimana terjadi persalinan normal. Kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat waktu.

ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui. Faktor yang dikemukakan adalah hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksotosin kurang. Faktor lain menurut Nwoso dan kawan-kawan adalah adanya perbedaan dalam rendahnya kadar cortisol pada darah bayi sehingga disimpulkan kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his, selain kurangnya air ketuban dan insufiensi plasenta.

DIAGNOSIS
l) Bila tanggal hari pertama haid terakhir dicatat dan diketahui wanita hamil, diagnosis
tidak sukar.
2) Bila wanita tidak tahu, lup4 atau tidak ingat, atau sejak melahirkan yang lalu tidak dapat haid terus menjadi hamil, hal ini akan sukar memastikannya. Hanya dengan pemeriksaan antenatal yang teratur dapat diikuti tinggi dan naiknya fundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
3) Pemeriksaan berat badan ibu diikuti, kapan menjadi berkurang, begitu pula lingkaran perut dan jumlah air ketuban apakah berkurang.
4) Pemeriksaan rontgenologik
Dapat dijumpai pusat-pusat penulangan pada bagian distal femur, bagianproksimal tibia,os kuboid, diameter biparietal 9,8 cm atau lebih.
5) Ulhasonografi : ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air
ketuban.
6) Pemeriksaansi tologik air ketuban:
Air ketuban diambil dengan amniosentesis baik transvaginal maupun transabdominal. Air ketuban akan bercampur lemak dari sel-sel kulit yang dilepas janin setelah kehamilan mencapai 36 minggu ke atas. Air ketuban yang diperoleh di pulas dengan sulfat biru Nil, maka sel-sel yang mengandung lemak akan berwarna jingga:
. Melebihil 0o/o: kehamiland i atas3 6 minggu
. Melebihi50%: kehamiland i atas3 9 minggu
7) Amnioskopi : melihat derajat kekeruhan air ketuban, menurut wamanya karena dikeruhi mekoneum.
8) Kardiotokografi : mengawasi dan membaca denyut jantung janin, karena insufiensi plasenta.
9) Uji oksitosin (stress test) : yaitu dengan infus tetes oksitosin, dan diawasi reaksi janin terhadap kontraksi uterus. Jika ternyata reaksi janin kurang baik hal ini mungkinj anin akan berbahaya dalam kandungan.
l0) Pemeriksaan kadar striol dalam urin.
l I) Pemeriksaan pH darah kepala janin.
l2) Pemeriksaas nitologi vagina.

D. TANDA-TANDA BAYI POST TERM :
. Biasanya lebih berat dari bayi matur
. Tulang dan sutura kepala lebih keras dari bayi matur
. Rambut lanugo hilang atau sangat kurang
. Verniks kaseosad i badank urans
. Kuku-kuku panjang
- Rambut kepala agak tebal
. Kulit agakp ucatd engand eskuamasei pitel.

E. PENGARUH TERHADAP IBU DAN JANIN
a) Terhadap ibu : persalinan post term dapat menyebabkan distosia karena
1) Aksi uterus tidak terkoordinasi
2) Janin besar
3) Moulding (moulage) kepala kurang
Maka akan sering dliumpai : partus lama, kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu dan perdarahan postpartum. Karena itu akan menaikkan angka morbiditas dan mortalitas.
b) Terhadap janin:
l) Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu
2) Post term akan menambah bahaya padajanin
3) Pengaruh post term padajanin bervariasi : berat badanjanin tetap bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 mnggu. Ada pula yang bisa terjadi kematian janin dalam kandungan.

F. PENATALAKSANAAN
l) Setelah kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui kematangan serviks, kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa emniotomi.
4) Bila disertai riwayat kehamilan yang lalu ada : kematian janin dalam rahim, hipertensi, pre-eklampsi dan ini adalah anak pertama karena infertilitas, pada kehamilan lebih dari 4042 minggu, wanita dirawat di rumah sakit
5) Tindakan operasi seksio sesaria dapat dipertimbangkan pada indikasi :
~ Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
~ Pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda gawat janin
~ Pada primigavida tua, kematian janin dalam kandungan, preeklampsi, hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
6) Pada persalinan pervagina harus diperhatikan :
~ Bahwa pertus lama akan sangat merugikan bayi
~ Bahwa janin post term kadang-kadang besar, kemungkinan disproporsi sefalo -pelvik dan distosia janin perlu dipertimbangkan
~ Bahwa janin post term lebih peka terhadap sedatif dan narkosa oleh karena itu anestesi konduksi paling baik
~ Bahwa perawatan neonatus post term perlu di bawah pengawasan dokter anak

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka

KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET)

a. Definisi
Kehamilan ektopik terganggu (KET) adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau pecah dan hal ini dapat berbahaya bagi wanita tersebut.
b. Klasifikasi
Menurut Titus klasifikasi pembagian tempat-tempat terjadinya kehamilan ektopik adalah:
(l) Kehamilan tuba:
a) intentisial (2%)
b) isthmus (25%)
c) ampuler (55%)
d) fimbrial (17%)
(2) Kehamilan ovarial (0,5%)
(3) Kehamilan abdominal (0,1%)
a) primer
b) sekunder
(4) Kehamilan tubo-ovarial
(5) Kehamilan innaligamenter
(6) Kehamilan servikal
(7) Kehamilan tanduk rahim rudimenter

c. Etiologi
Penyebab kehamilan ektopik adayangdiketahui dan ada pula yang tidak atau belum diketahui. Ada beberapa factor penyebab kehamilan ektopik:
a) factor uerus:
1. Tumor rahim yang menekan tuba
2. Uterus hipoplastis
b) Faktortuba:
l. Penympitan lumen tuba oleh karena infeksi endosal pingitis
2.Tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
3.Gangguan fungsi rambut getar silia tuba
4. Operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna
5. Endomefiasis tuba
6. Stirtur tuba
7. Divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya
8. Perlekatanperitubal dan lekukantuba
9. Tumor lain menekan tuba
10. Lumen kembar dan sempit
c.Faktor ovarium
1. Migrasi ekstema dari ovarium
2. Perlekatan membrane granulose
3. Rapid cell devision
4. Migrasi interna ovum
d.Tanda dan gejala
1. Amenorea (75%)
2. Sedikit terjadi perdarahan vaginal
3. Banyak terjadi perdarahan abdominal
4. Pireksia (di bawah 38°C)
5. Mesapelvis di bawah
6. Utenrs sedikit membesar
7. Nyeri hebat
8. Anemia
9. Lekositosis (bisa ada bisa tidak ada)
10. Reaksi kehamilan 75 %(+)
11. Shifting Dullness

e. Penanganan
1. Penderita yang disangka KET harus dirawat inap di rumah sakit untuk penanggulangannya
2. Bila wanita dalam keadaan sypo, perbaiki keadaan umum dengan pemberian cairan yang cukup (dekstrosa 5%, garam fisiologis) dan transfusi darah
3. Setelah diagnose jelas atau sangat disangka KET, dan keadaan umum baik atau lumayan, segera lakukan lapparatomi untuk menghilangkan sumber perdarahan: dicari, diklem, dieksisi sebersih mungkin (salpingektomik) emudiand iikat sebaik-baiknya
4. Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan semakin cepat
5. Berikan antibiotika yang cukup dan antiinflamasi

f. Komplikasi yang mungkin terjadi
a. Pada pengobatan konservatif yaitu bila rupture tuba telah lama berlangsung (4-6 mirtggu), terjadi perdarahan ulang(recurrent bleeding). Ini merupakan indikasi operatif.
b. Terjadi infeksi
c. Terjadi sub ileus karena masa pelvis
d. Sterilisasi
g. Prognisis

Kematian karena KET cenderung menurun dengan diagnosis dini dan tasilitas yang cukup.
Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami KET menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi.
Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0-14,6 %. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka

MOLA HYDATIDOSA

DEFINISI
Mola Hydatidosa adalah suatu neoplasma trofoblast yang jinak (benigna) dari chorion (choronoc villi) tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan menyerupai buah anggur, atau mata ikan, karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.

PATOLOGI
Jonjot-jonjot khorion tumbuh berganda dan mengandung cairan jernih berupa kista-kista kecil seperti anggur. Biasanya di dalamnya tidak berisi embrio, hanya pada mola pertialis kadang-kadang dijumpai adanya janin. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm.
Secara makroskopik terlihat :
l) Adanya proliferasi dari trofoblast
2) Adanya degenerasi hidropik dari stroma villi
3) Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma
Pada mola hidatidosa ovaria dapat mengandung kista lutein kadang-kadang hanya pada satu ovarium kadang-kadang pada kedua-duanya. Kista ini berdinding tipis dan berisikan cairan kekuning-kuningan dan dapat mencapai ukuran sebesar tinju atau kepala bayi.
Kista lutein terjadi karena perangsangan ovarium oleh kadar gonadotropin chorion yang tinggi. Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hydatidosa sembuh.

ETIOLOGI
Penyebab mola hydatidosa tidak diketahui, faktor-faktor yang dapat menyebabkannya antara lain :
l) Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan
2) Imunoselektif dari trofoblast
3) Keadaan sosio-ekonomis yang rendah
4) Paritas tinggi
5) Kekurangan protein
6) Infeksi virus dan faktor kromosom belum jelas

DIAGNOSIS DAN GEJALA
a. Anamnesa / Keluhan
1) Gejala-gejalah amil mudak adang-kadang lebih dari kehamilan biasa
2) Kadang kala ada tanda toksemi gravidarum
3) Perdarahan sedikit atau banyak,tidak teratur,warna kecoklatan
4) Pembesaran uterus tidak sesuai( lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya
5)Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan (tidak selalu ada);merupakand iagnosap asti
b. Inspeksi
1) Muka dan kadang-kadangb adan kelihatanp ucat kekuning-kuningan,disebut muka mola (mola face)
2) Kalau gelembung mola keluar dapat dilihat jelas
c. Palpasi
1) Uterus membesar tidak sesua dengan tua kehamilan,teraba lembek
2) Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen juga gerakan janin
3) Adanya fenomena harmonika : darah dan gelembung mola keluar fundus uteri turun, lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
d. Auskultasi
I ) Tidak terdengarb unyi denyut jantung janin,
2) Terdengar bising dan bunyi khas
e. Reaksi Kehamilan
Karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologik dan uji imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengencera (titrasi) :
l) Galli Mainini l/300 (+) suspek molahidatidosa
2) Galli Mainini 1/200 (+) kemugkinan molahidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola atau khoriokarsinoma uji biologik atau imunologik cairan serebro-spinal dapat Menjadi positif.
f. Pemeriksaan Dalam
Konfirmasi besarnya rahim, lembek, tidak ada bagian-bagian janin,
perdarahand anjaringan dalam kanalis servikalisd an vagina dan evaluasi
keadaan serviks.
g. Uji Sonde : sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri : bila tidak ada tahanan sonde di putar setelah ditarik sedikit, juga tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
h. Rontgen foto abdomen : tidak terlihat tulang-tulang janin (pada kehamilan 3 4 bulan)
i. Arteriogram khusus pelvis : yang memperlihatkan pengisian bilateral vena uterina yang dini
j. Ultrasonografi : pada mola akan kelihatan bayangan badai salju (snow flake pattern), dan tidak ada kelihatan janin
Diagnosa Diferensial :
1) Kehamilan ganda
2) Hidramnion
3) Abortus
Komplikasi
1) Perdarahan yang hebat sampai syok, kalau tidak segera ditolong dapat berakibat fatal
2) Perdarahanb erulang-ulangd apatm enyebabkana nemia
3) Infeksi sekunder
4) Perforasik arenak eganasand an karenat indakan
5) Menjadi ganas (PIG) pada kira-kira 18-20 % kasus, akan menjadi mola destruens
atau khoriokarsinoma

PENATALAKSANAAN
a. Terapi
l) Kalau perdarahanb anyakd an keluarj aringan mola :
Atasi syok dan perbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian cairan dan transfusi darah;
Tindakan pertama adalah melakukan manual vigital untuk pengeluaran sebanyak
Mungkin jaringan dan bekuan darah, barulah dengan tenang dan hati-hati evakuasi sisanya dengan kuretase.
2) Jika pembukaan kanalis servikalis masih kecil
o Pasang beberapa gagang laminaris untuk memperlebar pembukaan selama 12 jam
o Setelah itu pasang infus dekstrosa 5%o berisi 50 satuan oksitosin (pitosin atau sintosinon), laminaria dicabut setelah itu dilakukan evakuasisi kavum uteri hati-hati. Pakailah cunam ovum agak besar atau kuret besar, ambillah dulu bagian tengah baru bagian-bagian lainnya pada kavum uteri. Pada kuretase I ini keluarkanlah jaringan sebanyak mungkin, tidak usah terlalu bersih.
o Kalau perdarahan banyak ; berikan transfusi darah dan lakukan tampon utero- vaginal selama 24 jam
3) Bahan jaringan dikirim untuk pemeriksaan histo-patologik dalam 2 porsi :
o Porsi 1 : yang dikeluarkan dengan cunam ovum
o Porsi 2 :yangdikeluarkandengankuretase
4) Pemberian obat-obatan : antibiotika, uterus tonika dan perbaikan keadaan umum penderita
5) 7-10 hari sesudah kerokan I dilakukan kerokan II untuk membersihkan sisa-sisa ja ringan, dikirimkan lagi untuk pemeriksaanla boraturium
6) Kalau mola terlalu besar, takut bahaya perforasi bila dilakukan kerokan ada beberapa institut yang melakukan histerotomian untuk mengeluarkan isi rahim (mola).
7) Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi (high risk mola): usia di atas 30, paritas 4 atau lebih dan uterus sangat besar (mola besar), yaitu setinggi pusat atau lebih.
b. Periksa Ulang (follow-up)
Wanita dianjurkan jangan hamil dulu dan dianjurkan memakai kontrasepsi pil. Kehamilan,dimana reaksi kehamilan menjadi positif akan menyulitkan observasi juga dinasehatkan mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun :
l) Setiap minggu pada triwulan pertama
2) Setiap 2 minggu pada triwulan kedua
3) Setiap bulan pada 6 bulan berikutnya
4) Setiap2 bulan pada tahun berikutnya dan selanjutnya setiap 3 bulan
Setiap periksa ulang penting diperhatikan :
l) Gejala klinis ; perdarahan, keadaan umum dan lain-lain
2) Lakukan pemeriksaan dalam dan inspekulo : tentang keadaan serviks, uterus cepat tambah kecil atau tidak, kista lutein tambah kecil atau tidak, dan lain-lain
3) Reaksi biologis atau imunologis air kencing
* 1x seminggu sampai hasil negatif
* 1 x 2 minggu selama triwulan selanjutnya
* 1 x sebulan dalam 6 bulan selanjutnya
* 1 x 3 bulan selama tahun berikufrrva

Kalau reaksi titer tetap (+) dicuragai akan keganasan. Keganasan masih dapat timbul setelah 3 tahun menderita mola hidatidosa. Menurut Harahap (1970) tumor timbul 34,5% dalam 6 minggu, 62,1% dalan 12 minggu dan 79,4% dalam 24 minggu, 97,2% dalam I tahun setelah mola keluar.

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka

KEHAMILAN GANDA

1. DEFINISI
Kehamilan ganda atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat-obat dan cara induksi ovulasi maka dari laporan-laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar condong meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin.

2. ETIOLOGI
l) Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: bangs4 umur dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur.
2) Factor obat-obat konduksi ovulasi: profertil, clomid, dan hormone gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari 2.
3) Factor keturunan.
4) Factor yang lain belum diketahui.

3. FREKUENSI
Frekuensi menurut hukum Hellin antara kehamilan ganda dan tunggal adalah:
o Gemelly (2) 1:89
o Triplet (3) 1:89²
o Quadruplet (4) 1:89³
o Quintuplet (5) 1:89
o Sextuplet (6) 1:89

Menurut penelitian Gruelich (1930) pada 121 juta persalinan memperoleh angka kejadian kehamilan ganda yaitu gemelly 1:85, triplet 1:7,629, quadruplet 1:670,743 dan quintuplet 1:4 I.600.000.
Bangsa mempengaruhi kehamilan ganda, di Amerika serikat lebih banyak dijumpai pada wanita Negro dibandingkan kulit putih. Angka tertinggi kehamilan ganda adalah dijumpai di Finlandia dan terendah di Jepang.
Factor umum; makin tua umur makin tinggi angla kejadian kehamilan kembar dan menurun lagi setelah umur 40 tahun.
Paritas; pada primipara 9,8 per 1000 dan pada multi para (oktipara) naik
jadi 18,9 per 1000 persalinan.
Keturunan ; keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar
Yang biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.

JENIS GEMELLI
1) Gemelli dizigotik(kembar 2 telur), heterolog, biovuler dan futernal, kedua telur bisa berasal dari :
a) 1 ovarium dan dari 2 folikel de graft
b) 1 ovarium dan dari 1 folikel de graft
c) 1 ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri
2) Gemelli monozigotik (kembar I telur), homotog, uniovuler, identik dapat terjadi karena:
a) Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
b) Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitive steak
3) Coryoined fwins, super fekundasi dan superficial
conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket
satu dengan yang lainnya. Misalnya torakopagus (dada dengan dada), abdominopagus (perlengketan kedua abdomen), kraniopagus (kedua kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara operatif dengan berhasil.
Superfukundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada ovulasi
yang sama pada dua kali koiy\tus yang dilakukan pada jarak waktu yang pendek. Hal ini dilaporkan oleh Archer (1990) seorang wanita kulit putih yang melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan kemudian dengan pria Negro melahirkan bayi kembar : satu bayi putih dan satu bayi Negro (mulatto).
Superfetasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau bulan
setelah kehamilan pertama. Belum pernah dibuktikan pada manusia namun dapat ditemukan pada kuda.
Pertumbuhan Janin Kembar
a. berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000gr lebih ringan
dari janin tunggal.
b. berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua di bawah 2500 gr, triplet
di bawah 2000 gr, quadriplet di bawah 1500 gr dan quintuplet di bawah I 000 gr.
c. berat badan masing-masin janin dari kehamilan kembar tidak sama umumnya
berselisih antara 50 sampai 1000gr, karena pembagian sirkulasi darah tidak sama maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
d. pada kehamilan ganda monozigotik:
o Pembuluh darah janin yang satu beranastomosis dengan janin yang
lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat harus diikat untuk menghindari perdarahan
o Karena itu janin yang satu dapat terganggu pertumbuhannya dan menjadi
monstrum seperti akardiakus dan kelainan lainnya.
o Dapat terjadi sindroma transfuse fetal: pada janin yang dapat darah lebih banyak terjadi: hidramnion, polisitemia, edema dan pertumbuhan yang baik. Sedangkan
janin kedua kurang pertumbuhan nya terjadilah: kecil, anemia, dehidrasi, oligohidramni dan mikrokardia.
e. pada kehamilan kembar dizigotik
o Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai cukup bulan.
o Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau pada kehamilan agak tuajanin jadi gepeng disebut fetus papyraseus atau kompresus.
Letak Pada Presentasi lanin
Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang berubah menjadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi ; yang paling sering dijumpai adalah:
l. Kedua janin dalam letak membujur,presentasi kepala;( 44-47%)
2. Letak membujur,presentasi kepala bokong( 37-38%)
3. Keduanya presentasi bokong( 8-10%)
4. Letak lintang dan presentasi kepala( 5-5,3%)
5. Letak lintang dan presentasi bokong( 1,5-2%)
6. Dua-duanya letak lintang( 0,2-0,60/o)
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat terjadi
"kunci-mengunci" (interlocking)
Diagnosis Kehamilan Kembar
l. Anamnesa;
a. Perut lebih buncit dari semestinya tua kehamilan.
b. Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil.
c. Uterus terasa lebih cepat membesar.
d. Pernah hamil kembar atau ada sejarah keturunan.
2. Inspeksi dan palpasi
a. Pada pemeriksaan pertama dan ulang pada kesan uterus lebih besar dan cepat tumbuhnya dari biasa
b. Teraba gerakan-gerakan janin lebih banyak
c. Banyak bagian-bagian kecil teraba
d. Teraba tiga bagian besar janin
e. Teraba 2 balotemen
3. Auskultasi
Terdengar dua denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan perbedaan kecepatan sedikitnya l0 denyut per menit atau sama-sama dihitung dan berselisih 10.
4. Rontgen foto abdomen : keliatan 2 janin.
5. Ultrasonografi : kelihatan 2 janin, dua jantung yang berdenyut telah dapat ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram fetal : diperoleh dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan : Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta" maka produksi HCG akan tinggi; jadi reaksi kehamilan titrasi bisa positif kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat meragukan dengan molahidatidosa.

Kadang kala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan kembar sering bersamaan dengan hidramnion dan toksemia gravidarum.
Pengaruh Terhadap Ibu dan janin
Terhadap ibu:
a. Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia dan defi siensi zat-zat lainnya.
b. Frekuensi hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
c. Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering.
d. Karena uterus yang besar, wanita mengeluh: sesak nafas, sering miksi, edema dan varises pada tungkai dan vulva.
e. Dapat terjadi: inersia uteri, perdarahan postpartum dan solusio plasenta dan sesudah anak pertama lahir.
Terhadap janin:
o Usia kehamilam tambah pendek dengan jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemelli, 50% pada triplet dan 75% pada quadruplet akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi bayi premature akan tinggi.
o Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasentae, angka kematian bayi kedua tinggi.
o Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinngi angka kematian janin.
Penanganan dalam Kehamilan
1. Prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosa telah ditegakkan periksa akan lebih sering (1kali seminggu pada kehamilan 32 minggu ke atas).
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh dilarang, karena akan merangsang partus premafurus.
3. Pemakaian gurita korset yang tidak terlalu ketat dibolehkan, supaya terasa lebih ringan.
4. Pemeriksaan darah lengkap.
Penanganan dalam Persalinan
1. Bila anak satu letaknya membujur, kala satu diawasi seperti biasa ditolong seperti biasa dengan episiotomi mediolateralis.
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk menentukan
Keadaan janin II. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah itu dan lain-lain.
~ Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila janin II letaknya
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak deras mengalir keluar.Tunggu dan pimpinan persalinan anak II seperti biasa.
~ Awas akan kemungkinan terjadinya perdarahan post partum, maka sebaiknya
dipasang infuse profilaksis.
~ Bila ada kelainan letak anak II, melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan
solusio plasentae, maka janin dilahirkan dengan cara operatif obstetric;
a. Pada letak lintang coba versi luar dulu.
b. Atau lahirkan dengan cara versi dan ekstrasi.
c. Pada letak kepala persalinan dipercepat dengan ekshasi vakum atau forseps.
d. Pada letak bokong atau kaki; ekstraksi bokong atau kaki.
~ Indikasi section caecarea hanya pada;
a. Janin I letak lintang.
b. Terjadi prolaps tali pusat.
c. Plasenta praevia.
d. Terjadi interlocking pada letak kedua janin 69; anak satu letak sungsang dan anak II letak kepala.
5. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum; berikan suntikan sinto-metrin yaitu l0 satuan sintosinon tambah 0,2 mg methergin intravena.
Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, karena seringnya terjadi toksemi gravidarum, hidramnion, anemia pertolongan obstetric operatif dan perdarahan post partum.
Kematian perinatal tinggi terutama karena premature, prolaps tali pusat soluiso tali pusat.

Kehamilan Supriae
Kehamilan supriae atau kehamilan palsu atau pseudocysis adalah keadaan dimana seorang wanita merasa dirinya benar-benar hamil, tetapi sebenarnya dia sama sekali tidak hamil. Keadaan ini sering dijumpai pada wanita yang mandul dan sangat ingin sekali punya anak. Sebagai akibat kelainan rasa kejiwaannya maka timbullah gejala-gejala seperti wanita hamil; mual muntah, amenorea, perut membesar atau dibesar-besarkan, bahkan ada yang sampai merasakan gerakan-gerakan janinnya. Pernah dilaporkan seorang wanita datang ke rumah sakit untuk melahirkan bayi yang dikandungnya dan ibu ini dikirim bidan untuk bersalin. Setelah diperiksa untuk diteliti, ternyata bahwa wanita ini tidak hamil; uterus besar biasa dan tanda-tanda kehamilan lainnya tidak ada. Setelah diberitahukan yang sebenarnya barulah ibu ini insyaf bahwa dia tidak hamil.

Daftar Pustaka

Cunninghamm, F. Garry. 2005. Obstetri Williom. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 1990. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Oxorn, Harry. L990. ILMU KEBIDANAN, Fisiologi don patologi persalinan.
Jakarta: Yayasan Essentia Medica

wiknjosastro, Hanifa. 1992. Ilmu kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka